Seputar Perbedaan Harga Minimarket
Jumat, Agustus 12, 2016
Hmm.. kali ini aku lagi pengen kasih opini seputar perubahan harga yang ada di minimarket-minimarket seperti Indomaret, Alfamart dan sejenisnya.
Sebenernya uda cukup lama juga denger kabar tentang yang katanya karyawan minimarket curang, main up harga. Harga di kasir tidak sesuai dengan harga yang ada pada label harga di rak rak. Dan seringkali ada video-video yang merekam aksi peneguran terhadap karyawan terutama kasirnya.
Aku sedikit bingung dengan kata "Kecurangan Karyawan" sebab dari kacamata aku sih ya, tanpa aku cari tau terlebih dulu bagaimana sistem operasi mereka. Logikanya begini.... Mereka punya banyak cabang, meski mungkin tiap cabang dimiliki oleh orang yang berbeda tapi ada kemungkinan besar bahwa setiap cabangnya saling terkoneksi yang bisa dikatakan bahwa tiap cabang menggunakan wadah yang sama untuk menampung data produk mereka.
Dalam hal seperti ini, perbedaan harga pada data di kasir dan label yang tertempel pada rak cukup bisa dimaklumi. Kita semua pasti tau kalau teknologi hadir untuk mempermudah dan mempercepat suatu proses dalam kehidupan. Jadi gambaran yang mau saya bagikan adalah kegiatan untuk mengubah harga pada sistem yang terkomputerisasi akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan kegiatan fisik untuk mengubah label-label harga yang tertempel.
Nah, sekarang saya pribadi ingin menyampaikan tambahan pemikiran yang semoga bisa mengubah pola pikir kita dan meningkatkan pemakluman kita. Setiap manusia pasti punya ketahanan mental yang berbeda. Dalam situasi di tegur apalagi di tegur dengan keras, wajar jika karyawan kasirnya langsung gagap dan kebingungan.
Kita aja biasa kalau mau wawancara atau presentasi, meski sudah latihan tapi toh pada saat di depan umum masih bisa gerogi dan tau tau blank. Apa beda dengan karyawan kasir yang kita bentak-bentak otomatis mereka blank langsung dan ga tau mau jawab apa.
Lalu... tambahan lagi, tiap orang itu pasti beda sikapnya, pola pikirnya, bagaimana menyikapinya, ketelitian mereka, semua yang ada di diri kita pasti tidak akan sama dengan orang lain. Baru aja kemarin aku belanja di salah satu minimarket. Mbak-mbak kasirnya bilang "Kak maaf untuk produk ini, harga yang ada pada label masih harga lama, harga barunya sekian, mau tetap di beli atau gimana?"
Nah see? si Mbak ini tipikal orang yang teliti dan peduli dengan hal-hal seperti itu. Memperhatikan kenyamanan pembeli juga. Tapi.... kita ga bisa paksain bahwa semua karyawan kudu seperti si mbaknya kan?
Kita ini diberi keleluasaan memilih bagaimana harus bersikap kok. Dari pada kasar, bentak-bentak dan mojokin. Kenapa ga tanya? Kenapa ga komunikasiin? Bisa aja kita sewaktu di kasir ngomong "Mbak kemarin-kemarin saya belanja tapi harganya selalu beda dengan yang di label, bisa kali ini tolong di cek apa ada yang beda harganya?"
Percaya deh, setiap orang pasti akan menghargai etikat baik, kata-kata dan sikap yang sopan. Secara ga langsung kita juga kasih pembelajaran ke karyawannya. Dengan di begitukan kemungkinan besar ke pembeli berikutnya, si karyawan akan lebih peduli lagi. Tapi hal ini kembali lagi ke karakter orangnya. Bisa aja ternyata ga mempan, toh ga jarang kita ketemu sama orang males kan? yang apa apa minta di suapin informasi, bisa baca tapi lebih suka tanya.
Jadi....... kenapa harus pikir panjang untuk mengubah diri jadi lebih baik. Dengan membiasakan memulai memaklumi, tidak menjatuhkan dan tidak menghakimi orang seenak kita, tentu akhirnya kita menanamkan sifat terpuji di diri kita sendiri. Percayalah bahwa akan selalu ada hal baik untuk orang baik.
Dalam hal seperti ini, perbedaan harga pada data di kasir dan label yang tertempel pada rak cukup bisa dimaklumi. Kita semua pasti tau kalau teknologi hadir untuk mempermudah dan mempercepat suatu proses dalam kehidupan. Jadi gambaran yang mau saya bagikan adalah kegiatan untuk mengubah harga pada sistem yang terkomputerisasi akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan kegiatan fisik untuk mengubah label-label harga yang tertempel.
Nah, sekarang saya pribadi ingin menyampaikan tambahan pemikiran yang semoga bisa mengubah pola pikir kita dan meningkatkan pemakluman kita. Setiap manusia pasti punya ketahanan mental yang berbeda. Dalam situasi di tegur apalagi di tegur dengan keras, wajar jika karyawan kasirnya langsung gagap dan kebingungan.
Kita aja biasa kalau mau wawancara atau presentasi, meski sudah latihan tapi toh pada saat di depan umum masih bisa gerogi dan tau tau blank. Apa beda dengan karyawan kasir yang kita bentak-bentak otomatis mereka blank langsung dan ga tau mau jawab apa.
Lalu... tambahan lagi, tiap orang itu pasti beda sikapnya, pola pikirnya, bagaimana menyikapinya, ketelitian mereka, semua yang ada di diri kita pasti tidak akan sama dengan orang lain. Baru aja kemarin aku belanja di salah satu minimarket. Mbak-mbak kasirnya bilang "Kak maaf untuk produk ini, harga yang ada pada label masih harga lama, harga barunya sekian, mau tetap di beli atau gimana?"
Nah see? si Mbak ini tipikal orang yang teliti dan peduli dengan hal-hal seperti itu. Memperhatikan kenyamanan pembeli juga. Tapi.... kita ga bisa paksain bahwa semua karyawan kudu seperti si mbaknya kan?
Kita ini diberi keleluasaan memilih bagaimana harus bersikap kok. Dari pada kasar, bentak-bentak dan mojokin. Kenapa ga tanya? Kenapa ga komunikasiin? Bisa aja kita sewaktu di kasir ngomong "Mbak kemarin-kemarin saya belanja tapi harganya selalu beda dengan yang di label, bisa kali ini tolong di cek apa ada yang beda harganya?"
Percaya deh, setiap orang pasti akan menghargai etikat baik, kata-kata dan sikap yang sopan. Secara ga langsung kita juga kasih pembelajaran ke karyawannya. Dengan di begitukan kemungkinan besar ke pembeli berikutnya, si karyawan akan lebih peduli lagi. Tapi hal ini kembali lagi ke karakter orangnya. Bisa aja ternyata ga mempan, toh ga jarang kita ketemu sama orang males kan? yang apa apa minta di suapin informasi, bisa baca tapi lebih suka tanya.
Jadi....... kenapa harus pikir panjang untuk mengubah diri jadi lebih baik. Dengan membiasakan memulai memaklumi, tidak menjatuhkan dan tidak menghakimi orang seenak kita, tentu akhirnya kita menanamkan sifat terpuji di diri kita sendiri. Percayalah bahwa akan selalu ada hal baik untuk orang baik.
0 komentar